Selasa, 01 Desember 2009

artikel

Selamat Tahun Baru 1 Muharam 1429 Hijriah
Akhir tahun kerapkali membawa kesedihan bagi siapa saja yang merasakan bahwa tahun yang akan pergi meninggalkan kita bersama pasti tidak akan kembali. Awal tahun juga menandakan optimisme bahwasanya tahun depan akan mengantarkan masa depan yang lebih baik dan sekaligus sebagai pengobat kegagalan akan harapan masa lalu. Begitulah “hipnotisme” yang disajikan setiap mengantarkan kepergian tahun yang lama dan menyambut tahun yang baru.

Ini merupakan bagian dari sebuah fenomena yang telah mengkomunal. Beragam aktivitas menyambut kedatangan tahun baru diselenggarakan, mulai dari kegiatan peringatan keagamaan sampailah pada peringatan yang bersifat hura-hura. Tetapi berbeda dengan kegiatan akhir tahun yang jarang sekali tersentuh oleh banyak kalangan. Refleksi akhir tahun terkadang hanya dilakukan evaluasi yang bersifat individu, jarang sekali ditemui evaluasi akhir tahun. Padahal kenyataannya problem-problem sosial itu melibatkan manusia secara komunal yang juga membutuhkan evaluasi secara bersama-sama.

Dengan sedemikian kompleknya fenomena yang muncul tersebut mengharuskan terjadinya polarisasi pada setiap aktivitas, baik secara individu maupun masyarakat. Tahun baru hijriah yang sangat identik dengan proses perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW, sudah seharusnya menjadi acuan dasar guna berhijrah secara action dalam segala hal.

Refleksi tahun baru hijriah kali ini harus memberikan motivasi yang kuat bagi terciptanya masyarakat yang lebih baik di masa yang akan datang. Sebagai salah satu komunitas yang tetap konsisten terhadap kajian-kajian demokrasi dan keislaman, kami dari Komunitas Bengkel Intelektual (KBI) mengucapkan Selamat tahun baru 1 Muharam 1429 hijriah. Mudah-mudahan tahun baru hijriah kali ini membawa kita pada perubahan yang lebih baik.

















Oase : Refleksi Tahun Baru Islam 1430 H
Diposkan oleh Radio Elshifa 96.6 FM on 16:38
Label: Oase
Oleh : muhtar fatony wahyuddin *

Beberapa saat yang lalu kita telah memasuki tahun baru Islam 1430 H/tahun baru masehi 2009. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Hari berganti hari, ia berputar menggenapkan hitungan minggu, menyempurnakan bilangan bulan, dan lengkaplah menjadi tahun. Silih berganti seiring pergantian siang dan malam.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.”
(QS. Ali Imraan [3]: 191).

Allah SWT ingin menyapa kita dengan ayat-ayat-Nya. Allah ingin mengajari kita dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Sedemikian Allah sayangnya kepada kita sehingga Dia hamparkan fenomena jagad raya ini sebagai pintu penyadaran akan perwujudan-Nya, keberadaan-Nya, Kekuasaan-Nya, Kerajaan-Nya, dan Ketetapan-Nya. Allah ingin membahasakan akan Diri-Nya kepada kita. Bahwa Dia-lah sesungguhnya yang memliki semua ini. Dialah yang meninggikan langit tanpa tiang. Dialah yang mengedarkan bintang gemintang. Dialah yang menguasai galaksi-galaksi, menetapkan hidup dan mati, menghamparkan bumi, dan menjadikan matahari sebagai pusat tata surya.

“ Demi matahari dan sinarnya di pagi hari”
“ Demi bulan apabila ia mengiringi“
“ Demi siang apabila ia menampakkan diri”
“ Demi malam apabila ia menutupi”
“ Demi langit serta binaannya”
“ Demi bumi serta penghamparannya “
“ Demi jiwa dengan segala penyempurnaan (ciptaann)-Nya”
“Allah mengilhami sukma, keburukan dan kebaikan”
“Beruntunglah siapa yang membersihkannya, rugilah siapa yang mengotorinya”

(QS. As-Syams [91]: 1-10).

Subhanallah. Satu pelajaran yang sungguh indah dan menakjubkan. Sungguh mempesona dan menyadarkan. Menyadarkan jiwa-jiwa yang telah kelu dengan liku-liku dunia, perhiasan dan permainan yang sekejap sementara. Menyadarkan hati-hati yang telah kering kerontang dengan debu-debu noktah keputusasaan dan kemaksiatan. Menyadarkan akal fikiran yang telah terbelenggu dengan kebanggaan diri dan kerdilnya nurani. Menyadarkan akan tingkah yang selama ini justru kita semakin tak mampu membaca ayat-ayat ciptaan-Nya. Menyadarkan akan hakekat-Nya bahwa Dialah Sang pemilik waktu, penentu batas umur, pemilik kehendak, pengatur takaran rizki, penggenggam taqdir perjalanan hidup ummat manusia.

Allah sesungguhnya hanya ingin menyadarkan dengan ayat ini, dengan bahasa yang sangat sederhana, dengan tanda yang ada di depan kelopak mata kita; wahtilaafil laili wan nahaari, pergantian malam dan siang, hingga menjadi perubahan hari demi hari, pergantian bulan dan semakin bertambahnya angka-angka bilangan tahun, agar kita bisa melihat langsung, merasakan tanpa perantara dan penghubung, yang setiap hari mendetakkan hati dan fikiran untuk merenung, tanda-tanda untuk bisa dan mudah kita baca. Kita baca dari tulisan ayat-Nya yang tersurat dan tersirat. Kita baca dengan nama Allah yang menciptakan semua ini.

Iqra’!. (=bacalah), bismirabbikalladzii khalaq (=dengan nama Tuhan-Mu Yang menciptakan). (QS. Al-Alaq [96]: 1]

Bacalah. Bacalah dengan nama Tuhan-Mu. Renungkanlah. Renungkanlah dalam batas kefitrahan jiwamu. Fikirkanlah. Fikirkanlah dengan kejernihan akalmu. Sadarilah. Sadarilah bersama kekuatan hatimu. Agar ayat-ayat ini membuka tabir akan hakekat diri-dirimu. Karena Tuhan-mu itu akan engkau tahu jika engkau tahu pula tentang dirimu. Man arrafa nafsahu arafa rabbahu. Ingatlah ungkapan Hatim Al Asham Rahimahullah, “Sesungguhnya Allah tidak melihat tua dan muda kalian. Tapi Allah memandang siapa diantara kalian yang paling mengenal-Nya. Maka kenalilah Allah dan bertawakallah kepada-Nya”. Ingatlah pula perkataan Ibnul Jauzi dalam Shaidu al Khathir, “Ketauhilah bahwa jalan menuju Allah tidak ditempuh dengan langkah-langkah kaki, melainkan ditempuh dengan hati.”

Saudaraku,
Pergantian tahun kali ini sejatinya adalah bagian yang tak terpisahkan dari takdir ketetapan ilahi. Memaknakan tentang takdir kita yang telah ditetapkan bahwa kita masih diberi umur, walaupun jika umur kita hanya sampai saat ini, sampai detik ini. Pergantian tahun menjadi bagian yang tak terpisahkan dari diskursus tentang waktu, tentang umur dan kesempatan kita, tentang nilai-nilai kita, prestasi-prestasi kita –bukan sekedar di hadapan manusia-, tetapi tentang prestasi kita di hadapan Allah Azza Wajalla Yang Maha Menatap dan Melihat setiap saat. Menilai dan mencatat setiap gerak bahkan gerak hati kita. Sebab seorang yang beriman ia menatap fenomena dengan pandangan keimanan. Bukan dengan nafsu syaithani, bahkan dengan hinanya birahi, bukan pula dengan kesombongan dan keangkuhan, kemewahan dan kesia-siaan, bahkan kemaksiyatan dan tingkah durjana.

Seorang yang shalih ia akan memandang pergantian siang dan malam, pergantian tahun demi tahun ini, dengan kedalaman hatinya. Hati yang fitri dan bersinar terang. Laksana mentari yang menyinarinya menapak dan berjalan. Sehingga ia akan semakin mendekat dan merapat kepada Yang Maha Melihat. Bukan dengan tanpa arti, tanpa makna, tanpa ilmu dan tanpa hikmah. Ia akan semakin memahami tentang makna hidup, makna waktu, makna umur, dan makna nilai-nilai serta prestasi-prestasi kita. Karena yang bisa memahami hanyalah hati dengan bimbingan Rabbani. Dari hati yang bersemayam ma’rifah (menganal Allah) itulah, ia akan menghembuskan energi keyakinan yang kokoh dan dahsyat. Keyakinan tentang perjalanan-perjalanannya menuju negeri yang kekal nan abadi. Keyakina tentang arah dan tujuan hidup ini. Keyakinan tentang mengapa kita ada. Keyakina tentang siapa yang membuat kita ada. Tentang perjalanan selama kita ini ada, dari tak ada menjadi ada, dari tak bisa apa-apa menjadi bisa apa-apa. Dari tak punya apa-apa menjadi punya apa-apa. Dari tak mampu apa-apa menjani bisa berpuat apa saja.

Inilah keyakinan. Buah dari mengenal Allah dengan wasilah (perantara) tanda-tanda fakta penciptaan-Nya. Dan hari ini adalah bagian dari tanda-tanda yang Allah gariskan itu. Pergantian tahun adalah bagian dari tanda-tanda-Nya. Tanda-tanda inilah yang membuat kita bisa mengenal. Mengenal diri kita, mengenal perjalanan usia kita, mengenal yang mencipta kita dan meyakininya. Sebagaimana keyakina Nabi Musa AS ketika berjumpa Khaliq-Nya di Bukit Thursina, atau keyakinan Nabiyullah Ibrahim AS ketika menyaksikan empat burung dara dicincang dan hidup kembali atas perintah dan kehendah Allah. Atau keyakinan Baginda Nabi Muhammad SAW ketika dikukuhkan kenabian di Gua Hira di malam nuzulnya Al-Qur’a.

Kenalilah Hidupmu ini sebagai Sebuah Perjalanan Hijrah

Sekarang, mari kita mulai memaknakan perjalanan hijrah ini. Sebagaimana kedalaman makna dan kedalaman rahasia mengapa ketetapan Tahun baru Islam dimulakan dari kisah monumental tahun peristiwa hijrah nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah Al-Munawwarah. Mengapa bukan tahun kelahiran Nabi SAW, mengapa bukan tahun saat didaulat menjadi Nabi?, atau mengapa bukan pada saat Al-Qur’an pertama kali nuzul?, Atau terjadinya Perang Badar Kubro? Atau pada saat Futtuh Makkah (pembebasan kota Makkah). Umar bin Khaththab RA sebagai khalifah kedua waktu itu menyimpulkan bahwa karena peristiwa hijrah Nabi inilah sesungguhnya momentum terbesar dimana ummat Islam menjadi sebuah kesatuan yang berdaulat menjadi sebuah kekhilafahan yang utuh dan diakui secara hukum internasional.

Sekarang, mari kita lebih fokus dan lebih mendalami tentang hijrah kita, karena peristiwa hijrah sarat dengan inthiqal (perpindahan), erat kaitannya dengan perpindahan, perbaikan, kuat hubungannya dengan perubahan menuju ke arah yang lebih baik. Hijrah berarti perpindahan dari kebiasaan mengkufuri nikmat-nikmat Allah menjadi hidup yang berbingkai syukur. Hijrah meninggalkan kekufuran menjadi keimanan, Hijrah berarti meninggalkan syirik menuju tauhid (hanya menunggalkan Allah), pindah dari kehidupan jahili kea rah yang islami, hijrah juga berarti perpindahan dari sifat-sifat munafik, plin-plan, mencla-mencle, inkonsistensi menjadi istiqamah, lurus dan berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran. Hijrah juga berarti berkomitmen kuat pada nilai kebenaran dan menjauhkan, meninggalkan kebatilan. Hijrah berarti meninggalkan apa saja bentuk-bentuk perbuatan, makanan, pakaian yang haram menjadi hidup yang bertabur kehalalan thayyiba. Dan hijrah adalah meninggalkan dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan maksiyat menuju ketaatan hanya kepada Allah SWT. Tinggalkan kedengkian, tinggalkan kemunafikan, tinggalkan korupsi, saling menjatuhkan sesama orang beriman, saling menghujat, tinggalkan kebodohan, kesia-siaan, tinggalkan kebiasaan hidup menjadi beban, tinggalkan kebohongan. Tinggalkan. Pergilah. Pergilah menuju perbaikan dan perubahan.

Bagai sang musafir di padang perjalanannya, kita semua ini adalah sang musafir kelana. Bahkan kita saat ini sedang di tengah-tengah perjalanan safar. Sebagaimana Rasulullah ungkapkan dalam haditsnya yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Ibnu Umar :

“ kun fid dunya ka annaka ghoriibun au ‘aabiri sabiili.”
Jadilah kalian di dunia ini sebagaimanan orang yang terasing atau bagai engkau dalam perjalanan musafir.

Bila kita sudah mempersiapkan diri untuk memulai berhijrah, berjalan, berpindah dan berubah. Kita akan menelusuri perjalanan hidup, hidup di jalan dakwah, perjalanan yang panjang dan berliku. Sebab itu ia harus senantiasa bergerak, tidak stagnan dan statis.Karena stagnan adalah gambaran kelemahan, bukti kita tak berdaya, dan pertanda kita tak mampu berkontribusi. Padahal Allah telah melengkapi seluruh instrument diri kita ini untuk siap berlomba, untuk menjadi juara, siap untuk menjadi pembelajar, petarung dan pemenang. Tidak ada yang indah pada sesuatu yang stagnan itu. Bergerak merupakan bentuk harmonisasi penciptaan yang luar biasa, sebagaimana harmonisasi beredarnya bintang gemintang, beredarnya bumi dan bulan. Sejenak saja kita berhenti melakukan perubahan dan perbaikan maka kita sedang menuju kehancuran. Dan ketika niat perjalanan ini telah dipancangkan, azzam (tekad) hijrah ini telah dikumandangkan. Maka bersiap-siaplah.

1. Arahkan tujuannya, pancangkan kemana akan pergi berhijrah. faina tadzhabuun (kemana engkau akan pergi). Pergilah menuju perbaikan, pergilah ke arah ketaatan, keimanan, keislaman, kebenaran, keadilah & kesejahteraan. Berangkatlah menuju kejujuran dan istiqamah. Pergilah menuju pemilik Kebenaran itu, berangkatlah menuju Yang Maha Adil. Pergilah menuju sumber ketenangan & sumber kesejahteraan. Pergilah kepada Al-Haqq, Al-Mudabbir (Yang Maha Mengatur), Ar-Rahman (Yang Maha Penyayang). Pergilah menuju kepada-Nya. Pergilah menuju Allah!....

2. Jangan kehabisan bekal. Itu pasti. Kita butuh bekalan. Perjalanan ini panjang dan menorehkan ragam romantika, ragam pesona, bahkan ragam duri-duri dan cobaan. Hidup kita ini tidak pernah keluar dari beberapa keadaan; nikmat dan karunia yang melahirkan syukur, musaibah dan bencana yang menuntut kita sabar. Hidup ini tidak lepas dari bentuk anugerah, ujian, cobaan bahkan peringatan dan adzab. Tidak ada bekalan yang layak melainkan bekalan keimanan dan taqwa.

Watazawwaduu wainna khoiroz zaadi at-Taqwaa. Fattaquuni yaa ulil albaab.
“Dan berbekallah, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal itu adalah taqwa. Dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”
وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ

3. Hati-hati ada perampok jalanan. Ia akan menghabisi bekalan kita tanpa belas kasihan. Tanpa ampun. Bahkan nyaris menjadikan manusia tidak lagi melanjutkan perjalanannya. Ia ada di sekeliling kita. Bahkan ada dalam diri kita. Renungkanlah baik-baik ungkapan Rasulullah SAW di tengah-tengah para sahabatnya:

“Bahwasanya Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat: Tahukah kalian siap sesungguhnya orang-orang yang bangkrut/merugi itu?. Sahabat menjawab: ‘Orang yang rugi itu adalah diantara kita yang tidak memiliki dirham dan perhiasan’. Maka RAsulullah bersabda: ‘Sesungguhnya orang-orang yang rugi itu adalah mereka yang datang pada hari kiamat dengan pahala shalatnya, puasa, zakat. Tetapi ia mencela, menuduh, memakan harta/kerupsi,, menunpahkan darah, memukul, akhirnya ia berikan kebaikann demi kebaikan itu untuk menebusnya hingga kebaikan itu sirna, lalu diberikanlah dosa-dosa mereka hingga kemudian ia dilemparkan ke dalam api yang menyala-nyala”.
(HR. Muslim dari Abu Hurairah RA)

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ رواه مسلم


4. Jangan terlena di tempat Istirahat. Memang perjalanan ini adakalanya kita mesti singgah. Ada peristirahatan-peristirahatan untuk sejenak kita duduk dan berbaring. Menikmati hidangan, menatap pemandangan. Dan sungguh pemandangan dunia ini teramat mempesonakan. Harta, wanita, jabatan dan popularitas. Tetapi ingatlah bahwa dunia ini bisa melalaikan, meninabobokkan.

وَأَنفِقُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ وَلاَ تُلْقُواْ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوَاْ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

5. Awas Tertinggal rombongan. Perjalanan kita hijrah ini bagai kafilah musafir. Perubahan kita membutuhkan peran-peran kesolehan sahabat dan teman kita yang lain. Jangan pernah lepas dari kafilah ini. Sebab kekuatan pembekalan ini dipengaruhi pula oleh kekuatan kebersamaan kita. Kita tidk bisa sendirian. Kita butuh berjamaah.
فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ رواه أحمد
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَجْمَعُ أُمَّتِي أَوْ قَالَ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى ضَلاَلَةٍ وَيَدُ اللَّهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ وَمَنْ شَذَّ شَذَّ إِلَى النَّارِ رواه الترمذي
“bergabunglah kalian dalam kafilah jamaah, karena sesungguhnya serigala itu akan menerkam domba yang sendirian.”

“Jamaah; jika kamu tidak bersama mereka, maka kamu tidak akan dapat bersama selain mereka, sementara mereka akan bersama selain kamu.”

Kullu ‘aam wa antum bikhair. Wallahu waliyuttaufiq.

*) Penulis adalah seorang Motivator Spiritual dan Direktur Radio Elshifa FM Subang.

Tahun Baru



Detak jarum terus berputar, hari berganti hari,
bulan demi bulan menjelang, tahun demi tahun
pun berlalu, seiring pergantian siang ke malam begitu
juga sebaliknya yang menandakan dunia sudah “RENTA” ini terus berkurang usianya dan tidak
terasa pula telah memasuki bulan Muharram, menandai datangnya kembali tahun yang baru 1430 H.



1430 tahun tonggak
sejarah peradaban dunia Islam yang penuh dengan tatanan nilai-nilai yang menjunjung tinggi moral ditancapkan oleh Manusia Agung sepanjang Masa, Rosululloh Muhamad SAW seiring Hijrahnya Rosululloh Muhamad SAW dari Mekah ke
Medinah.



Hijrahnya Rosululloh Muhamad SAW dari Mekah ke Medinah
yang dijadikan sistem penanggalan dalam kalender Islam bukanlah sekedar perpindahan fisik Beliau dari
satu kota ke kota lainnya,
melainkan lebih merupakan upaya untuk merubah tatanan
kehidupan jahiliyah kepada kehidupan yang berdasarkan nilai-nilai Ilahiyah, hingga Islam benar-benar menjadi kekuatan baru.



Yang bisa kita petik dari hijrahnya
Rosululloh Muhamad SAW dalam mengarungi sisa-sisa umur kehidupan di dunia
ini, tak lain kita jadikan Tahun
Baru Hijriyah sebagai momentum untuk merubah diri.



Berhijrah
dari kemusyrikan kepada ketauhidan, dari lupa pindah kepada mengingat Alloh
SWT.



Berhijrah dari pribadi yang jauh dari nilai-nilai Islami menuju Islam yang
Indah yang akan membawa kebahagian di dunia dan kebahagian di akhirat kelak.



Sudah saatnya kita evaluasi diri di tahun baru ini. Sejauh manakah kita
berupaya untuk senantiasa mengingat Alloh SWT di setiap waktu, setiap saat dan
setiap detak jantung kita. Insya Alloh Tahun baru kali ini menjadi lebih baik
dari tahun kemarin…



Hampir bersamaan dengan tahun baru Hijriyah, dalam hitungan beberapa hari ke
depan seluruh umat manusia di dunia akan merayakan tahun baru masehi, berikut
adalah sekilas tentang asal usul perayaan tahun baru masehi.



Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh orang Yahudi maupun orang Kafir
yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September.



Selanjutnya
menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari.



Orang Kristen ikut merayakan Tahun Baru tersebut dan mereka mengadakan puasa
khusus serta ekaristi berdasarkan keputusan Konsili Tours pada tahun 567. Pada
mulanya setiap negeri mempunyai perayaan Tahun Baru yang berbeda-beda. Di
Inggris dirayakan pada tanggal 25 Maret. Di Jerman dirayakan pada hari Natal
sedangkan di Perancis dirayakan pada Hari paskah.



Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga
kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut.



Bahan ini diambil dari:

Judul buku: Kamus Sejarah Gereja

Penulis : Drs. F.D. Wellem, M.Th.

Penerbit : BPK Gunung Mulia

Hal : 84



Jika kita mau memahami apa sih sebenarnya makna dari tahun baru baik itu
hijriyah maupun masehi? Coba luangkan sejenak membaca artikel-artikel di
internet atau media publikasi lain, mengenai bagaimana semangatnya mereka dalam
menyambut tahun baru yang segera menjelang. Sebagaimana konsep berpikir positip
yang memang seharusnya diambil, maka banyak rencana-rencana positip diberikan
untuk tahun mendatang. Bagaimana strategi baru agar marketing-nya sukses,
caranya agar dapat belajar efektif dengan lebih baik agar sekolahnya juga
sukses. Demikian juga pada diriku, aku tanamkan keyakinan bahwa aku harus
mencapai apa yang aku inginkan baik itu suatu karir yang bagus di perusahaan,
mewujudkan suatu rumah tangga yang sangat aku idam2kan selama ini, serta
keinginan2 lain di tahun mendatang.



Intinya adalah adanya harapan atau bagaimana memberi motivasi bahwa apapun
tantangan yang dihadapi di tahun mendatang ini dapat kita terjang demi
kesuksesan di tahun tersebut.



Tetapi jika kita mau menengok sejenak, di sisi lain, adanya tahun baru
menunjukkan bahwa manusia, sejak keberadaannya sampai hari ini ternyata masih
di bawah kendali waktu, hanya sebagai objek pasif. Atau dengan kata lain, bahwa
kita yang harus aktif menyesuaikan diri dengan kemauan waktu, kalau lengah maka
waktu akan meninggalkan kita dan hanya penyesalan yang akan kita hadapi.



Secara alami dalam diri kita akan terlihat tanda-tanda bahwa tubuh yang kita
tempati di dunia ini juga terpengaruh waktu. Lihat, dulu bagi sebagian orang
bahkan tidak mengenal apa itu namanya cat rambut, tetapi agar terlihat segar /
muda maka rambutnya yang sudah mulai memutih mencoba cat tersebut. Dulu rasanya
kalau ada makanan enak, ingin menghabiskannya, ternyata sekarang kita harus
melihat apakah makanan tersebut beresiko terhadap kolesterol atau apalah
namanya, dan sebagainya. Lebih jelasnya adalah kita pelan-pelan dan tanpa ribut
telah menuju apa yang namanya ketuaan, kepada ketidakberdayaan.



Dengan momentum tahun baru hijriyah maupun tahun baru masehi ini mari kita
semua belajar dan berjuang untuk menjadi manusia yang mempunyai motivasi dalam
kehidupan mendatang yang mungkin masih banyak tantangan yang harus kita hadapi.
Semoga
Alloh senantiasa memberikan kekuatan, keimanan, kesuksesan dan kelancaran
rezeki kepada kita dalam menjalani kehidupan di tahun2 mendatang.



Insya Alloh ini adalah hari kerja terakhirku di tahun 2008, aku ucapkan selamat
tahun baru buat semua saudaraku, calon isteriku, rekan kerja, teman, dan
sahabat2 yang aku cintai.. semoga tahun mendatang lebih baik dari tahun ini.
Sampai jumpa dengan renungan2 di tahun 1430 H / tahun 2008 M.

Kamis, 08 Oktober 2009

penalarann

PENALARAN DEDUKSI DAN INDUKSI
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Menurut Jujun Suriasumantri, Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai suatu kegiatan berfikir penalaran memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adalah sifat analitik dari proses berpikirnya. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio atau fakta. Mereka yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran mengembangkan paham rasionalisme, sedangkan mereka yang menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran mengembangkan paham empirisme.
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif. Dimana lebih lanjut penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan empirisme. Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta dengan yang tidak. Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan
rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, Penjelasan sementara ini biasanya disebut hipotesis. Penalaran deduktif dan penalaran induktif diperlukan dalam proses pencarian pengetahuan yang benar.
A. Penalaran Deduksi
Deduksi berasal dari bahasa Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan yang khusus dari yang umum, lawannya induksi (Poerwadarminta, 2006)
Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. (Suriasumantri, 2005)
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. (www.id.wikipedia.com).
Metode berpikir deduksi sifatnya pasti. Metode ini dimulai dengan diterimanya suatu premis mayor. Contoh: “Semua manusia akan mati” (premis mayor). Kemudian, anggap kita memiliki premis minor: “Socrates adalah manusia”. Karena Socrates adalah manusia, maka Socrates memiliki sifat-sifat yang dimiliki semua manusia. Oleh karena itu, secara deduktif dapat disimpulkan bahwa Socrates juga akan mati. Dapat juga dikatakan bahwa deduksi bersifat tertutup karena kesimpulan yang diambil tidak boleh ditarik dari luar premis mayor. Asalkan semua premisnya benar, maka kesimpulan yang diambil secara deduktif juga akan benar.
Penalaran Matematika termasuk ke dalam penalaran deuksi karena bersifat pasti. Matematika bukanlah ilmu yang didasari atas percobaan dan pengamatan sehingga membuatnya dibedakan dengan sains. Perhatikan saja, apakah kebenaran 1+1=2 adalah sesuatu yang kita peroleh melalui percobaan dan pengamatan? Tentu tidak. Kebenaran 1+1=2 merupakan sesuatu yang kita terima begitu saja. Kalau begitu, bagaimana sejumlah teori matematika yang pernah ada dapat
muncul? Bagaimana tarikan logika agar kita dapat menyimpulkan bahwa suatu teori itu benar secara matematis?
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa penalaran matematika dimulai dari diterimanya kebenaran beberapa aksioma. Aksioma adalah suatu kebenaran yang dapat kita terima begitu saja (tanpa ada pembuktian apapun). Contoh: Aksioma bilangan bulat yang diusulkan oleh Guiseppe Peano (1858 - 1932). Aksioma tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa suatu bilangan bulat jika ditambahkan dengan 1 (satu), maka akan menghasilkan bilangan bulat pada urutan berikutnya. Contohnya, jika diambil angka “3″, maka jika angka tersebut ditambahkan dengan “1″, maka akan menghasilkan bilangan bulat berikutnya dari “3″, yaitu “4″.
Teorema matematika diturunkan dari satu atau irisan beberapa aksioma. Kebenaran teorema ini harus dapat dibuktikan berdasarkan hukum-hukum yang berlaku pada aksioma. Dengan kata lain, kesimpulan yang diambil pada pembuatan teorema tidak boleh keluar dari ruang lingkup aksioma yang berlaku.
Contoh teorema: Dua ditambah tiga sama dengan lima. Teorema ini dibuktikan (berdasarkan aksioma bilangan bulat oleh Peano) sebagai berikut: 2 + 3
<=> 2+2+1 (2 merupakan bilangan bulat sebelum 3)
<=> 2+1+1+1 (1 merupakan bilangan bulat sebelum 2)
<=> 3+1+1 (3 merupakan bilangan bulat setelah 2)
<=> 4+1 (4 merupakan bilangan bulat setelah 3)
<=> 5 (5 merupakan bilangan bulat setelah 4)

penalaran

PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF (Materi I)
Suatu penelitian pada hakekatnya dimulai dari hasrat keingintahuan manusia, merupakan anugerah Allah SWT, yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan maupun permasalahan-permasalahan yang memerlukan jawaban atau pemecahannya, sehingga akan diperoleh pengetahuan baru yang dianggap benar. Pengetahuan baru yang benar tersebut merupakan pengetahuan yang dapat diterima oleh akal sehat dan berdasarkan fakta empirik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pencarian pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum, yaitu berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah.
Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.
Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
Kedua penalaran tersebut di atas (penalaran deduktif dan induktif), seolah-olah merupakan cara berpikir yang berbeda dan terpisah. Tetapi dalam prakteknya, antara berangkat dari teori atau berangkat dari fakta empirik merupakan lingkaran yang tidak terpisahkan. Kalau kita berbicara teori sebenarnya kita sedang mengandaikan fakta dan kalau berbicara fakta maka kita sedang mengandaikan teori (Heru Nugroho; 2001: 69-70). Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu ujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.
Upaya menemukan kebenaran dengan cara memadukan penalaran deduktif dengan penalaran induktif tersebut melahirkan penalaran yang disebut dengan reflective thinking atau berpikir refleksi. Proses berpikir refleksi ini diperkenalkan oleh John Dewey (Burhan Bungis: 2005; 19-20), yaitu dengan langkah-langkah atau tahap-tahap sebagai berikut :
• The Felt Need, yaitu adanya suatu kebutuhan. Seorang merasakan adanya suatu kebutuhan yang menggoda perasaannya sehingga dia berusaha mengungkapkan kebutuhan tersebut.
• The Problem, yaitu menetapkan masalah. Kebutuhan yang dirasakan pada tahap the felt need di atas, selanjutnya diteruskan dengan merumuskan, menempatkan dan membatasi permasalahan atau kebutuhan tersebut, yaitu apa sebenarnya yang sedang dialaminya, bagaimana bentuknya serta bagaimana pemecahannya.
• The Hypothesis, yaitu menyusun hipotesis. Pengalaman-pengalaman seseorang berguna untuk mencoba melakukan pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Paling tidak percobaan untuk memecahkan masalah mulai dilakukan sesuai dengan pengalaman yang relevan. Namun pada tahap ini kemampuan seseorang hanya sampai pada jawaban sementara terhadap pemecahan masalah tersebut, karena itu ia hanya mampu berteori dan berhipotesis.
• Collection of Data as Avidance, yaitu merekam data untuk pembuktian. Tak cukup memecahkan masalah hanya dengan pengalaman atau dengan cara berteori menggunakan teori-teori, hukum-hukum yang ada. Permasalahan manusia dari waktu ke waktu telah berkembang dari sederhana menjadi sangat kompleks; kompleks gejala maupun penyebabnya. Karena itu pendekatan hipotesis dianggap tidak memadai, rasionalitas jawaban pada hipotesis mulai dipertanyakan. Masyarakat kemudian tidak puas dengan pengalaman-pengalaman orang lain, juga tidak puas dengan hukum-hukum dan teori-teori yang juga dibuat orang sebelumnya. Salah satu alternatif adalah membuktikan sendiri hipotesis yang dibuatnya itu. Ini berarti orang harus merekam data di lapangan dan mengujinya sendiri. Kemudian data-data itu dihubung-hubungkan satu dengan lainnya untuk menemukan kaitan satu sama lain, kegiatan ini disebut dengan analisis. Kegiatan analisis tersebut dilengkapi dengan kesimpulan yang mendukung atau menolak hipotesis, yaitu hipotesis yang dirumuskan tadi.
• Concluding Belief, yaitu membuat kesimpulan yang diyakini kebenarannya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya, maka dibuatlah sebuah kesimpulan, dimana kesimpulan itu diyakini mengandung kebenaran.
• General Value of The Conclusion, yaitu memformulasikan kesimpulan secara umum. Konstruksi dan isi kesimpulan pengujian hipotesis di atas, tidak saja berwujud teori, konsep dan metode yang hanya berlaku pada kasus tertentu – maksudnya kasus yang telah diuji hipotesisnya – tetapi juga kesimpulan dapat berlaku umum terhadap kasus yang lain di tempat lain dengan kemiripan-kemiripan tertentu dengan kasus yang telah dibuktikan tersebut untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.
Proses maupun hasil berpikir refleksi di atas, kemudian menjadi popular pada berbagai proses ilmiah atau proses ilmu pengetahuan. Kemudian, tahapan-tahapan dalam berpikir refleksi ini dipatuhi secara ketat dan menjadi persyaratan dalam menentukan bobot ilmiah dari proses tersebut. Apabila salah satu dari langkah-langkah itu dilupakan atau dengan sengaja diabaikan, maka sebesar itu pula nilai ilmiah telah dilupakan dalam proses berpikir ini.
http://ssantoso.blogspot.com/2008/08/penalaran-induktif-dan-deduktif-materi.html

Brilyanhati: contoh deduktif, jika meneliti konsumsi rumah tangga untuk minyak, maka sebelum turun ke lapangan yang dipersiapkan adalah teori konsumsi, permintaan dan penawaran barang, dll; pertanyaan yang akan diajukan sudah jeas dan hampir baku, sampelnya jelas, dll artinya sudah disiapkan semua tinggal cari data.
Kalau induktif, bisa jadi langsung ke lapangan untuk wawancara secara mengalir (contoh penelitian tentang konflik pilkada di desa X)artinya tidak perlu pakai kuesioner tapi tetapi menggunakan interview guide dan biasanya jenis pertanyaan terbuka dan di lapangan bisa berkembang.






























Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

Penalaran
Saturday, 16 May 2009 11:08 Administrator

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.


Metode dalam menalar

Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif.


induktif
• Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum.
• Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
• Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.


Metode deduktif

Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Bagian ini membutuhkan pengembangan


Konsep dan simbol dalam penalaran

Penalaran juga merupakan aktifitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan berupa argumen.

Kesimpulannya adalah pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan kebenaran konklusi dari premis.

Berdasarkan paparan di atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait. Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa proposisi. Bersama – sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan terbentuk pula proposisi dan dari proposisi akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian pengertian.


Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran

Jika seseorang melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat – syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
• Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
• Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan – aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-nalar/wacana/173.html?task=view

Selasa, 06 Oktober 2009

TEORI BELAJAR BAHASA

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Analisis adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. ( Moeliono, 1988 : 32 ).
Sedangkan kontrastif diartikan sebagai perbedaan atau pertentangan antara dua hal. Perbedaan inilah yang menarik untuk dibicarakan, diteliti. dan dipahami.
Secara khusus analisis kontrastif atau lebih populer disingkat anakon adalah kegiatan memperbandingkan struktur bahasa ibu atau bahasa pertama (Bl) dengan bahasa yang diperoleh atau dipelajari sesudah bahasa ibu yang lebih dikenal dengan bahasa kedua (B2) untuk mengidentifikasi perbedaan kedua bahasa tersebut.
Dalam makalah ini penyusun akan sedikit banyak memaparkan tentang pemerolehan bahasa dan analisis kontrastif, diantaranya pengertian analisis kontrastif, aspek psikologis dan linguistik analisis analisis kontrastif, dan kritik terhadap hipotesisi analisis kontrastif.













KATA PENGANTAR


Puji syukur senantiasa tercurah kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penyusunan makalah tentang “ Pemerolehan Bahasa dan Analisis kontrastif “ dalam rangka pencapaian materi Mata Kuliah Teori Belajar Bahasa di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Terima kasih penyusun ucapkan kepada dosen mata kuliah Teori Belajar Bahasa dan rekan – rekan yang sudah senantiasa menyusun pikiran, tenaga, serta materi sehingga terselesaikannya makalah ini.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan kita tentang mata kuliah Teori Belajar Bahasa. Walaupun dalam penyusunan makalah ini diusahakan secara optimal dan sebaik mungkin, namun penyusun yakin bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, masih memiliki kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini.

Mudah-mudahan setelah makalah ini tersusun, dapat dimanfaatkan dan berguna bagi kita semua. Kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan untuk perbaikan makalah ini.

Bandar Lampung, Oktober 2009




Penyusun





PEMEROLEHAN BAHASA DAN ANALISIS KONTRASTIF
( Makalah Teori Belajar Bahasa )



Oleh :

DESTIANA
IKA PUSPITA APRIANI NPM
MALIDA DEWI
MOHAMMAD RIDWAN NPM
NELISA PUTRI UTAMI
NENENG SURYANI

















PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2009

Selasa, 12 Mei 2009

fff

LAMPIRAN










Beberapa komentar mengenai pencalonan indonesia menjadi tuan rumah piala dunia 2018/2022
http://forum.fansbola.com/viewtopic.php?f=28&t=205&start=180&st=0&sk=t&sd=a&view=print
oleh wetwet
Tuan rumah Piala Dunia,
waduh..lagi2 PSSI bikin sensasi heboh

cita2 yg indah, optimisme yg patut dihargai..tapi sebelumnya, kapan PSSI dan kompetisi kita akan dibenahi sistem organisasinya?

oleh The_Exe
yah, peluang memang tetap ada, setidaknya memiliki jumlah penduduk terbesar didunia akan menjadi penilaian tersendiri bagi FIFA meski berat karena jika mengandalkan pengalaman menyelenggarakan piala asia (itupun msih keroyokan dgn 4 negara) belumlah bisa dijadikan patokan bhw kita bisa menyelenggarakan ajang sebesar piala dunia, kompetisi aj msih kacau, ngakunya sdh profesional tp msih ada klub yg mengandalkan APBD, belum lagi FIFA menuntut standar tertinggi untuk setiap aspek penyelenggaraan


http://spektrumku.wordpress.com/2009/02/16/indonesia-mengejar-tuan-rumah-piala-dunia-fifa-2022-mimpi-indah-yang-bakal-jadi-kenyataan/
• Mmm..dibanding dana yang besar digunakan untuk bangun stadion bertaraf internasional dan tetek bengek lainnya mending dipake untuk memejukan persepakbolaan nasional
Aria Turns dibahas juga di dalam Senin, 16 Februari 2009 pada 8:38 am | Balas

• keinginan menjadi tuan rumah
Piala Dunia 2020 itu patut
diacungi jempol….
tapi, saya yakin petinggi
FIFA dan anggota FIFA
lainnya pasti belum akan
merestui Indonesia sebagai
tuan rumah. Soalnya prestasi
sepakbola Indonesia, baru
sebatas hebat di bidang
keonaran melulu…
btw, sekali lagi…apapun
motivasinya keinginan PSSI
menawarkan diri jadi tuanrumah
patut diapresiasi dan
merupakan langkah inovatif
yg bakal bnyk sisi positifnya
menaikkan gengsi Indonesia
di mata dunia internasional
mikekono dibahas juga di dalam Senin, 16 Februari 2009 pada 10:40 am | Balas

Mengurusi kompetisi domestik bertahun-tahun saja gak becus, kok mau nggelar Piala Dunia. IMO sih layak diperjuangkan, toh FIFA yang memutuskan kelayakannya nanti. Saya cuma kurang sreg pada rencana penggelarannya yang rasanya tidak merata. Dari 13 stadion yang diajukan jadi arena; 7 ada di Jawa; dan yang paling timur cuma di Makassar. Kurang “Indonesia”…
jensen99 dibahas juga di dalam Senin, 16 Februari 2009 pada 11:52 am | Bala

• mending kalo udah bisa ikutan piala dunia, baru ngajuin jadi tuan rumah…
khofia dibahas juga di dalam Senin, 16 Februari 2009 pada 8:46 pm | Balas


• pemerintah tuh mau nya apa cih lah wong rakyatnya aja masih banyak yang kaga bisa beli beras nich malah mo bikin stadion yang banyak menguras dana,paling juga nantinya dananya pada masuk rekening tikus busuknya pemerintah
fens barunya kang yari ga mo pikir panjang langsung ngefans aja boleh kan dibahas juga di dalam Senin, 16 Februari 2009 pada 11:24 pm | Balas


• saya berani taruhan itu gak bakalan jadi…
PSSI cuma cari sensasi untuk mencari simpati masyarakat terkait kasus ketua umumnya….
Lagian gak mudah jadi tuan rumah piala dunia, fifa akan melihat dari banyak aspek untuk menyetujuinya..
junjung dibahas juga di dalam Selasa, 17 Februari 2009 pada 1:00 am | Balas
@Aria Turns
Mungkin PSSI ingin menangkat namanya lewat penyelenggaraan piala dunia karena menangkat namanya lewat prestasi yang juga sudah menelan biaya yang banyak selama ini tidak berhasil dan malah bikin ‘frustasi’. Huehehe……
@mantan kyai
PSSI mabuk PEPSI ya?? Entah berapa galon pepsi yang diminum sampai mabok gitu…
@mikekono
Memang betul sih, sebagai bangsa yang besar memang seharusnya kita jangan mengecilkan kemampuan bangsa sendiri. Namun begitu tentu hal tersebut juga harus diimbangi dengan program2 pengembangan persepakbolaan yang nyata, jelas dan terarah termasuk pengembangan2 prasarananya…..

@arifudin
Mari kita bangun dari mimpi…!! (maksudnya bangun ini, mimpinya dibuat kenyataan atau malah harus melupakan mimpi ya?? Hehehe….)

@junjung
Lah… memang bukannya begitu sifat bangsa Indonesia?? Yang penting ngetop dulu. Lihat aja di blogsfer kita, yang penting blog2 ramai dan populer (serta cari sensasi) dulu, masalah isi dan kualitas?? Itu sih nomer sejuta, bukan begitu?? Hehehe…
• Kalo lewat kompetisi kan susah untuk nembus quota Asia untuk piala dunia. Nah jalan pintas agar bisa lolos ke piala dunia adalah jadi tuan rumah. Nurdin bilang brasil, argentina yang scr ekonomi di bawah kita, bs jd tuan rumah. Lha dia lupa peringkat dunia kesebelasan mrk brp, kita brp?
waw dibahas juga di dalam Selasa, 17 Februari 2009 pada 1:33 pm | Balas
azizi
ah...
gila

ga mungkin kalle...

http://fans.bolanews.com/c/archive/index.php?t-2499.html

Mirjalovic
29 January 2009, 09:08
ibarangkali indonesia bisa sih
cuma idiot yang kirim lamaran tersebut,tapi gak punya kapasitas

n gw rasa,,PSSI emank rada2,tapi gak seidiot itulah

liat aja deh,,pssi penuh org eksentrik(klo kgk mau dibilang gila),,n kadang2 org seperti itu bisa dapat apa yang mereka inginkan
wong napi aja bisa jadi ketum http://kaskus.us/images/smilies/ngacir.gif

hitam-biru
29 January 2009, 20:06
Afsel aja yg secara ekonomi gak jauh beda dengan Indonesia (cuma berjarak 10 langkah di depan.. :D ) bisa ditunjuk jadi tuan rumah Piala Dunia 2010, Indonesia yg sudah membuktikan bisa jadi tuan rumah yg baik di edisi Piala Asia terakhir harusnya juga gak mau kalah donk.

tp yah.. jangan berharap terlalu tinggi lah, semakin tinggi angan2 kita melayang semakin keras jatuhnya nanti. berusaha aja diwujudkan step-by-step


Ann_at_Trigoria
30 January 2009, 13:10
haduhhh baru liat judul topiknya udah pusing duluan, hehehe...:mama:

Tuan Rumah PD?.... PD yang kapan?.... ahahahaaaa.... ;));))

ribet kalo di Indonesia kayaknya, secara kepulauan, hohohoho...

tapi seru juga tuh kalo benerannn, pertandingannya di tiap pulau di tiap kota yang punya lapangan bertaraf internasional, emang ada yang stadionnyahh?, ngebayangin lapangan di Bogor di pake buat PD, ga kebayanggg dahhh, Indonesia rakyatnya buanyakkkkk, bakal kayakkk semuutt, kasian yang maen bolanyahhh hihihihi..........:cape:

tapiiiiiiiiiiiii................ untuk waktu 50 tahun ke depan kayaknya ga mungkin dehhh... bikin monorail ajah kaga jadi2....

stadion yang bagus aja dikiiittt (yang gw tau GBK doang

Senin, 04 Mei 2009

DALE-CHALL

Formula Keterbacaan Dale-Chall

1.Pilih teks yang panjangnya berkisar 100-150 kata.
Beberapa tahun yang lalu orang menemukan kenyataan bahwa jika air bias disaring lewat lapisan pasir, maka banyak bahan kotoran dan sebahagian besar bakteri dapat dihindari. Jadi, banyak macam metode yang menggunakan pasir sebagai saringan yang diterapkan orang, termasuk di dalamnya metode yang memaksa air itu mengalir dengan bantuan tenaga mesin menurut kecepatan yang luar biasa hebatnya.
Metode yang paling lazim digunakan orang di dalam cara memurnikan air ialah dengan jalan klorisasi atau mencampur air dengan zat klor. Cara ini adalah metode yang paling murah, cepat dan efektif. Dari dua sampai delapan pon bahan klor kita sudah cukup mempunyai persediaan bahan campuran bagi sejuta gallon air. Jumlah klor ini pun sudah cukup mantap untuk memusnahkan sejumlah kuman-kuman yang berbahaya, yang kemungkinan besar berada di dalam air.

2.Hitung panjang rata-rata kalimat dengan membagi Jumlah kata = ( ) = ( )
Jumlah kalimat ( )

3.Hitung jumlah kata-kata sulit, yaitu kata-kata yang mempunyai 3 suku kata/lebih.
Jumlah kata-kata sulit (…….)

4.Hitung persentase kata-kata sulit dgn cara Jml kata-kata sulit = ( ) = ( )
Total kata ( )
5. Masukkan ke dalam rumus
= 0,1579 x persentase kata-kata sulit + 0.0496 x panjang rata-rata kalimat + 3,6365
= 0,1579 x ( ) + 0,0496 x ( ) = ( )

6.Gunakan table
Gunakan tabel berikut ini untuk mendapatkan Disesuaikan Nilai:
RAW SCORE Skor RAW ADJUSTED SCORE Skor disesuaikan
4.9 and Below Di bawah 4,9 dan Grade 4 and Below Di bawah kelas 4 dan
5.0 to 5.9 5.0 ke 5.9 Grades 5 - 6 Kelas 5 - 6
6.0 to 6.9 6.0 ke 6.9 Grades 7 - 8 Nilai 7-8
7.0 to 7.9 7.0 ke 7.9 Grades 9 - 10 Nilai 9 - 10
8.0 to 8.9 8.0 ke 8.9 Grades 11 - 12 Nilai 11 - 12
9.0 to 9.9 9.0 ke 9.9 Grades 13 - 15 (College) Nilai 13 - 15 (College)
10 and Above Di atas 10 dan Grades 16 and Above (College Graduate) Di atas 16 dan nilai (Graduate College)

GUNNING FOG

FORMULA KETERBACAAN ROBERT-GUNNING

Langkah-langkah mengetahui tingkat keterbacaan

1.Ambil sebuah tulisan/wacana

Ada yang berbeda di malam tanggal 10 november di Surabaya 2008 di area komplek pemakaman umum Ngagel Surabaya.
Meski jam sudah menunjuk angka 12, suasana yang biasanya sepi sangat berbeda pada saat itu. Beberapa atribut band seperti Slank, Komunitas Rock NO WARS, dan Iwan Fals pun kerap terlihat.

2.Hitunglah jumlah kalimat yang ada pada wacana. = (………)

3.Hitunglah panjang kalimat dengan cara menghitung jumlah kata per kalimat.
Kalimat pertama=(….), kedua=(….), ketiga=(……), keempat=(….), kelima=(….), keenam=(….) dst.

4.Hitung jumlah rata-rata kata per kalimat. Total kata = (…….) = (……)
jml kalimat (…….)

5.Hitung jumlah kata-kata sulit, yaitu kata-kata yang terdiri dari 3 suku kata atau lebih, teapi tidak untuk kata ulang. = (……..)

6.Hitung persentase kata-kata sulit . Jml kata-kata sulit = (…….) = (…….)
Total kata (…….)

7.Jumlahkan poin ke-4 dan ke-6. lalu kalikan dengan 0,4. maka hasilnya disebut Fog Index. (……)+(……)x0,4 = (…………….)

Rentang Fog Index adalah dari 5-17. Fog Index di atas 7 dianggap oleg Gunning sebagai titik rawan. Tulisan (wacana) dengan Fog Index di atas 7 tergolong sulit untuk dibaca dan dipahami maksudnya. Wacana dengan Fog Index di atas 12 sudah gulung tikar dalam tempo satu tahun.